Selasa, 19 Juni 2012

“Pemuda, Masa Depan Kebangkitan Ekonomi Indonesia” (jilid II)

oleh: Wahyu Jatmiko (Management, FEUI)|@wahyuibnuatman

Pemuda Senjata Utama Indonesia

Dalam hal sumber daya manusia Indonesia, terdapat satu hal yang sangat menarik. Yakni struktur umur dari penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta itu. Yang menarik dari struktur tersebut adalah jumlah pemuda Indonesia yang mencapai 60 persen dari populasi penduduk Indonesia. Kategori pemuda disini adalah kisaran umur 15 sampai 54 tahun. Umur tersebut adalah range umur produktif untuk bekerja. Inilah sebenarnya peluang utama yang dimiliki oleh Indonesia baik dalam menghadapi krisis global ekonomi dunia ataupun menghadapi isu-isu yang lainnya. Bila kita melirik kepada negara lain, Cina misalnya tidak memiliki penduduk usia muda yang ideal dikarenakan adanya single child policy (kebijakan satu anak). Atau negara-negara eropa seperti Jerman yang mangalami struktur demografi penduduk piramida terbalik dengan lebih banyak pada umur tua. Dengan struktur komposisi penduduk berdasarkan umur yang dimiliki Indonesia tersebut maka Indonesia memiliki populasi yang produktif hingga tahun 2030, sebuah competitive advantage yang sangat berharga bagi Indonesia ditengah krisis dan persaingan global.

Lantas mengapa peran pemuda sangat penting untuk kemajuan Indonesia. Setidaknya kita memiliki beberapa alasan terkait dengan hal ini. Pemuda adalah penerus estafet kepemimpinan di Indonesia. Sepuluh atau duapuluh tahun kedepan para pemudalah yang akan menggantikan para pemimpin yang kini telah kian menua. Sehingga memiliki pemuda yang baik, kompeten, berpendidikan, dan kreatif adalah aset paling berharga yang dimiliki oleh peradaban suatu negara. Selain itu pemuda juga merupakan orang-orang yang sangat kreatif. Kita mengetahui bahwa kreatifitas adalah hal yang sangat mahal. Penemuan-penemuan berharga banyak ditemukan lewat kreatifitas-kreatifitas para pemuda.

Hampir semua dari kita mengetahui tentang Mark Zukerberg, milioner muda yang sukses atas kreatifitasnya dalam mebuat social media facebook. Ia kini menjadi salah satu orang terkaya didunia dengan jumlah kekayaan mencapai US$ 17,55 Miliar. Dan hebatnya umurnya kini baru mencapai 28 tahun. Atau juga kita mengenal Jack Dorsey. Ya, pada 2006 ia mendirikan social media twitter yang menjadikan dirinya kini ditaksir memiliki kekayaan sekitar US$ 250 Juta di umur 35 tahun. Keduanya memiki kesamaan, yakni muda dan kreatif. Banyak sekali pengertian para ahli terkait dengan kreatifitas salah satunya adalah yang dinyatidakan oleh Welsch (1980) yang mendefinisikan kreatifitas sebagai:

“The Process of generating unique products by transformation of existing products. These product, tangible or intangible must be unique only to the creator or must meet the criteria of purpose and value etablished by the creator.” walaupun kreatifitas bukanlah monopoli para pemuda saja, namun peluang yang lebih besar untuk dapat menjadi kreatif jelaslah ada ditangan pemuda dibandingkan dengan generasi-generasi tua. Pada akhirnya perekonomian memang membutuhkan kreatifitas yang tinggi. Terlebih kita mengetahui bahwa dunia saat ini telah mengarah kepada globalisasi yang memiliki konsekuensi akan semakin ketatnya persaingan dalam bisnis.

Mark Zukerberg dan Jack Dorsey memang bukanlah orang Indonesia. Dan kita tidaklah membutuhkan mereka untuk menjadi orang Indonesia. Mengapa? Karena Indonesia memiliki aset sumber daya manusia yang begitu banyak. 144 juta warga Indonesia yang berada di usia muda adalah aset berharga yang tidak dimiliki bangsa lain. Kita para pemuda adalah bagian tidak terpisahkan dalam kesuksesan Indonesia dalam bidang ekonomi, bukan hanya sukses menghadapi krisis namun juga untuk memenangi kompetisi perekonomian dunia yang semakin ketat. Bukankah kita memiliki sosok pengusaha muda yang sukses seperti Sandiago S Uno, yang pada tahun 2009 oleh Forbes dinobatkan sebagai orang terkaya ke-29 di Indonesia. Umurnya belum lebih dari 40 tahun ketika itu. Kita juga memiliki pengusaha muda sukses seperti Hendy Setiono pendiri kebab Turki Baba Rafi. Usaha kebabnya yang ia rintis pada 2003 kini memiliki omzet 1 miliar rupiah per bulan dan telah memiliki 100 outlet di 16 kota yang tersebar diseluruh Indonesia. Tahukah anda berapa umurnya kini? 29 tahun. Masih muda bukan? Untuk akademisi dibidang ekonomi kita memiliki seorang akademisi muda yang dalam umurnya 32 tahun ketika itu telah dapat mencatatkan diri sebagai dekan termuda Universitas Indonesai yakni Prof Firmanzah, Ph. D yang kini menjadi Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Indonesia tidaklah kekurangan stok pemuda-pemuda unggul dalam segala bidang.

Prestasi demi prestasi pun diukir oleh para pemuda-pemuda Indonesia dalam olimpiade Internasional. Baru-baru ini para pelajar Indonesia meraih medali di even olimpiade sains Internasional. Begitu banyak inovasi dikembangkan oleh para mahasiswa di Indonesia, mulai dari mobil-mobil listrik hemat energi, makanan pengganti nasi yang terbuat dari jagung, dan ide-ide bisnis kreatif lainnya. Banyak pula pengabdian masyarakat yang telah di curahkan oleh para pemuda khususnya mahasiswa. Lihatlah para pemuda Aceh yang kini berdomisili di Eropa yang mendirikan kelompok pemberdayaan ekonomi untuk masyarakat di desa-desa yang ada di Aceh (bernama Aceh Goet). Kelompok tersebut di koordinasikan dengan rapih dan baik. Semua dilakukan oleh para pemuda Indonesia.

Tantangan yang Harus dihadapi

Namun tentunya keunggulan-keunggulan tersebut bukanlah tanpa hambatan. Begitu banyak rintangan yang seyogyanya dapat dijadijan tantangan positif oleh para pemuda. Kita tentu mengetahu bahwa Indonesia merupakan pasar narkoba yang cukup besar bagi sindikat-sindikat narkoba. Tidak kurang dari 5 juta penduduk Indonesia diperkirakan menjadi pengguna narkoba (kompas.com, 29 April 2012). Kebanyakan yang terlibat dari mereka adalah para pemuda dan celakanya lagi adalah public figure seperti artis sehingga memberikan image moral yang kurang baik. Seks bebas juga menjadi tantangan sendiri bagi pemuda, survey terbaru menunjukan 63% dari remaja dikota-kota besar melakukan hubungan seks sebelum menikah (metrotvnews.com).

Bilamana tidak tersibukan dalam kebaikan pasti kita disibukan dalam keburukan. Agaknya kalimat bijak tersebut harus dapat kita renungi. Bahwa para pemuda adalah generasi penerus bangsa yang harus bergerak membawa perubahan yang lebih baik, tidak hanya diam karena diam adalah mati. Pemuda harus menyadari bahwa kita adalah ujung tombak perkembangan bangsa ini baik itu dalam bidang ekonomi maupun selainnya. Ditengah krisis global yang sedang melanda dunia, ide-ide kreatif, pemikiran-pemikiran yang segar, mobilitas dan fleksibilitas yang tinggi, serta jasmani yang kuat tentu dibutuhkan untuk dapat membawa Indonesia terhindar dari krisis global bahkan mampu menjadi negara maju di kemudian hari.

Tidaklah pantas bagi pemuda untuk diam di era yang fleksibilatas dan mobilitas adalah kebutuhan utama. Tidaklah perlu para pemuda menyibukan diri untuk turun kejalan berdemo dengan anarkis menentang kebijakan-kebijakan pemerintah, yang sering darinya berkenaan dalam hal ekonomi. Bukan merupakan himbauan untuk hanya diam atas ketidaksetujuan pada kebijakan penguasa, melainkan memfokuskan diri memberikan kontribusi yang lebih rill daripada sekadar turun kejalan, membanggakan jaket almamater masing-masing, dan pada akhirnya berbuat anarkis yang akan merugikan negara ini sendiri. Aksi demonstrasi adalah sebuah pilihan namun pengabdian pada negeri adalah sebuah kewajiban. Maka menyibukan diri dengan kontribusi yang konkrit agaknya menjadi lebih penting dan berharga bagi para pemuda.

Pemuda, Ambilah Peranmu!

Kontribusi, adalah sebuah kalimat yang telah sepantasnya selalu melekat pada para pemuda. Saya ingin meminjam kalimat motivasi yang sangat terkenal dari John F. Kennedy, ”Dont ask what your country can do for you, but what you can do for your country.” Ya, kontribusi adalah kata yang harus menjadi proiritas bagi para pemuda. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh pemuda dalam membangun ekonomi bangsa. Beberapa diantaranya akan saya sebutkan dalam tulisan ini.

Sadari Engkau Berharga. Know the problem is a half of solution. Kita, pemuda, harus menyadari bahwa kita adalah aset berharga sekaligus harapan bagi Indonesia. Menumbuhkan kesadaran adalah turning point menuju pencapaian solusi atas sebuah masalah. Bila para pemuda tidak menyadari peran pentingnya dalam perekonomian Indonesia, maka sampai kapanpun tidak akan ada kontribusi tepat yang dapat di berikan.

Siapkan diri. If you fail to prepare you are preparing to fail begitulah perenang Amerika, Mark Spitz, mengatakan. Menyiapkan diri adalah poin penting untuk menghadapi kompetisi global yang super ketat. Kita cinta Indonesia satu paket dengan bahasanya, namun bahasa Indonesia tidaklah digunakan secara universal oleh seluruh negara. Yang digunakan adalah bahasa Inggris. Karena itu sebuah kapastian adalah kita harus dapat menguasai bahasa internasional tersebut. Mugkin hal ini terdengar sangat sepele, namun banyak para pemuda yang belum aware dengan hal ini.

Sebagaimana yang telah kita ketahui, dunia semakin borderless. Perdagangan bebas antar negara adalah sebuah keniscayaan. Terlebih tahun 2015 kelak kita harus siap menghadapai Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic Community). Malaysia dan Singapura tentunya sudah lebih unggul dalam penguasaan terhadap bahasa inggris dibanding Indonesai. Karena itu membiasakan untuk melatih kemampuan berbahasa inggris adalah sebuah kebutuhan. Ini dapat dilakukan dengan mengikuti komunitas-komunitas bahasa inggris, kompetisi yang menggunakan bahasa inggris, international conference, atau bahkan penetapan hari berbahasa inggris oleh negara. Selain bahasa tetu dari segi hard dan soft skill juga perlu dipersiapkan.

Laksanakan Kontribusi Walaupun Sekecil Apapun. Kita bisa memulai dengan membuat bisnis sedari dini. Kita jadikan para teladan dalam hal usaha seperti Sandiago S Uno dan yang lainnya. Belajar dari mereka untuk membangun bisnis. Dan pekerjakanlah orang lain jangan mau untuk dipekerjakan. Sungguh jumlah entrepreneur diIndonesia belum sampai jumlah minimal pengusaha yang seyogyanya ada dalam suatu negara yakni 2%. Baru 1,56% dari penduduk Indonesia yang menjadi pengusaha (vivanews.com, 8 Juni 2012). Dengan potensi yang ada saya yakin bahwa pemuda-lah yang dapat menggenapi angka tersebut menjadi 2% bahkan lebih dari itu. Kuncinya adalah mulailah usaha walau sekecil apapun.

Mulai dari diri sendiri. Everyone thinks of changing the world but no one thinks of changing him self. Semua harus dimulai dari diri kita sendiri. Cita-cita menghadirkan perubahan pada dunia yang lebih baik adalah mulia namun mustahil tercapai tanpa memulai perubahannua dari diri kita sendiri. Karena mengubah diri kita menjadi lebih baik berarti telah mengubah bagian kecil dari dunia ke arah yang lebih baik. Bukankah kita bagian dari dunia? Karena itulah saya kira kontribusi lebih penting bagi pemuda dibandingkan sekadar turun aksi.

Masih banyak lagi yang pemuda dapat lakukan untuk negeri perekonomian negeri Indonesia ini. Bahkan hingga mengkonsumsi produk-pun menjadi kontribusi yang dapat dilakukan oleh para pemuda. Ya, jumlahnya yang 60% dari populasi tentu sangatlah potensial dalam hal konsumsu, terlebih juga purchasing power masyarakat Indonesia yang meningkat. Sebagaimana teori makro ekonomi yang telah kita pelajari, bahwa salah satu komponen dalam penghitungan GDP adalah konsumsi masyarakat. Maka konsumsi yang tinggi juga menjadi andalan perekonomian Indonesia. Terlebih bila konsumsi yang dilakukan adalah konsumsi pada produk-produk lokal karya anak bangsa.

Akhirnya momentum kebangkitan perekonomian Indonesia ditengah krisis global ini sangatlah terbuka. Momentum itu telah hadir dan secara lebih spesifik menyapa para pemuda di negeri ini. kita optimis dengan kekayaan sumber daya alam yang kita miliki, letak geografis yang sangat strategis, dan sumber daya manusia yang sedang mencapai puncaknya sampai tahun 2030 nanti, Indonesia akan terhindar dari krisis bahkan krisis ekonomi global yang terjadi dapat menjadi momentum perekonomian Indonesia menuju negara maju. Ditambah lagi data sejarah perkonomian Indonesia yang terus membaik, menjadi ‘doping’ bagi kemenangan Indonesia dalam kancah persaingan ekonomi global.

selesai....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar