Senin, 02 Mei 2011

Ali bin Abi Thalib Berbicara Tentang Calon Penghuni Syurga


Pada suatu hari seorang sahabat bernama Hammam bertanya kepada Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘anhu: “Wahai Amirul Mu’minin, Jelaskan kepadaku sifat-sifat orang yang bertakwa sehingga seakan-akan aku melihat mereka.” Ali menjawab, “Mereka adalah orang yang jujur dalam berkata, berpakaian dengan sederhana, dan berjalan dengan gaya tidak sombong. Mereka memelihara pandangan matanya dari hal-hal yang diharamkan Alloh, dan telinga mereka selalu terpasang untuk mendengar ilmu yang bermanfaat.

Jiwa mereka tetap tenang, baik ketika menerima anugrah maupun saat sedang menghadapi cobaan. Seandainya tidak ada ajal yang telah ditentukan oleh Alloh bagi mereka, jiwa mereka tidak akan mau menyatu dengan raga mereka barang sekejap supaya selalu bisa dekat dengan Alloh untuk melampiaskan rindu dendam. Di mata mereka yang besar hanyalah Alloh, sedangkan selain-Nya semua terlalu kecil. Hati mereka kaya raya, orang lain dijamin aman dari kejahatan mereka, tubuh mereka kurus, tuntutan kebutuhan mereka sangat sederhana, dan jiwa mereka suci bersih.

Mereka rela menderita untuk sementara waktu demi kebahagiaan yang panjang dan abadi. Mereka sibuk dalam suatu perniagaan menguntungkan yang dikendalikan dan dijamin oleh Alloh. Dunia menginginkan mereka, tetapi mereka tidak begitu-menginginkannya.

Diwaktu malam mereka tekun dan khusuk membaca Al-Qur’an. Ketika membaca ayat tentang rahmat Alloh, jiwa mereka bergolak penuh semangat, harapan dan kerinduan. Tetapi ketika membaca ayat tentang siksa Alloh, hati mereka tunduk dan gentar. Mereka merasa seolah-olah jeritan tangis pilu para penghuninya begitu dekat di telinga, lalu mereka memohon agar Alloh membebaskan mereka daripadanya.

Sedang pada siang hari mereka tampil sebagai sosok yang santun, yang berbakti dan bertakwa. Rasa takut siksa Alloh membuat mereka nampak bigutu murung, sehingga orang lain melihat mereka sedang sakit. Padahal sejatinya mereka sedang prihatin lantaran masih terlalui sedikit amal-amal shaleh yang baru mereka kerjakan, sementara dosa-dosa yang telah mereka langgar sudah terlalu banyak.

Mereka merasa curiga terhadap diri sendiri dan merasa kasihan terhadap amal-amal yang masih sangat minim. Karena itu mereka takut dan risih sekali ketika orang lain memuji mereka. Dengan jujur mereka berkata pada Alloh, “Ya Alloh, kami lebih tahu diri kami daripada orang lain. Dan Engkau lebih tahu diri kami daripada diri kami sendiri. Ya Alloh, jangan hukum kami disebabkan pujian mereka itu. Ampunilah kami atas sesuatu yang mereka tidak ketahui itu.”

Sifat lain yang menjadi ciri orang-orang yang bertakwah ialah, komitmen agamanya yang kuat, gigih dalam kelembutan, iman dalam keyakinan, bersemangat dalam keilmuan, beramal dalam kesatuan, bersahaja dalam kekayaan, kusyu’ dalam beribadah, tampil prima dan percaya diri dalam kemiskinan, sabar dalam kesulitan, mencari yang halal-halal, konsisten dalam kebenaran, dan menghindar dari keserakahan.
Mereka tekun melakukan amal-amal shaleh dengan hati yang waspada. Pagi hari mereka bertekat untuk selalu mengingat Alloh dalam melakukan semua aktivitas, dan sore harinya mereka mensyukurinya. Menjelang tidur mereka takut lalai dari mengingat Alloh, dan bangun tidur mereka gembira karena ternyata Alloh masih memberikan mereka anugerah serta rahmat.

Apabila tengah menghadapi kesulitan, mereka hanya mengandalkan Alloh. Idolanya adalah hal-hal yang tidak fana. Mereka tidak menyukai sesuatu yang tidak abadi. Mereka padukan kesantunan dengan ilmu, dan ucapan dengan perbuatan. Harapan mereka tidak muluk-muluk, sehingga mereka jarang melakukan kesalahan-kesalahan.

Hati mereka khusyu’ dan jiwa mereka tidak serakah, sehingga semua urusan mereka anggap gampang. Mereka sanggup mengendalikan nafsu dan menahan amarah. Orang lain akan mendapatkan kebajikan-kebajikan dari mereka, bukan kejahatan-kejahatan. Mereka memaafkan orang yang justeru berbuat zhalim kepada mereka. Mereka berlaku dermawan kepada siapa saja yang justeru kikir kepadanya. Dan mereka mau menyambung hubungan kekeluargaan arau persaudaraan dengan orang yang justeru mencoba memutuskannya.

Mereka tidak mau menjawab kejahatan dengan kejahatan, melainkan sebailknya. Kata-kata mereka sangat lembut. Bagi mereka seribu kawan terlalu sedikit, dan satu lawan terlalu banyak. Mereka sabar dalam menghadapi cobaan, dan bersyukur saat menerima nikmat. Mereka tetap berlaku santun sekalipun pada orang yang membencinya. Mereka tidak mau mengecewakan orang yang mencintainya.

Mereka mengakui kebenaran sebelum diminta untuk mempersaksikannya. Mereka tidak mau menyia-nyiakan amanat yang dipercayakan kepadanya. Mereka tidak suka saling mencela dan memberi gelar yang jelek. Mereka tidak mau menyakiti tetangga. Jika ada yang berbuat aniaya mereka tetap sabar, dan menyerahkan segalanya hanya kepada Alloh.

Bergaul dengan mereka orang akan merasa aman dan untung. Semua aktivitas mereka selalu memperhitungkan kepentingan-kepentingan akhirat. Mereka tidak mau menyakiti dan mengecewakan siapapun, termasuk kepada orang-orang yang tidak suka kepada diri mereka.

Dijelaskan oleh syaikh Thaha Abdullah Afifi falam kitabnya Mi’ah wa Isyrun Miftahan min Mahtihil Jannah, belau berkata bahwa riwayat diatas adalah salah satu yang paling lengkap dan paling bagus tentang sifat-sifat orang yang bertakwa…

[Disalin dari kitab Indahnya Syurga Dahsyatnya Neraka, disusun oleh Kelompok telaah Kitab Ar-Risalah, Cetakan I Oktober 2008, penerbit Granada Media Utama, Hlm 100-102]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar