Sabtu, 07 Mei 2011

Benarkah “Cinta Tanah Air Sebagian Dari Iman”?


Pada acara kenegaraan atau dalam berbagai macam acara peringatan hari kemerdekaan biasanya hadits ini disampaikan untuk menumbuhkan semangat patriotisme dan menyuburkan rasa kebangsaan. Sehingga hadits ini begitu popular sekali dimasyarakat, dihafal bahkan dianggap sebagai suatu hadits yang diucapkan oleh nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.

Namun permasalahannya adalah: benarkah ungkapan tersebut termasuk hadits yang diucapkan oleh nabi Muhmmad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam? Bagaimana dengan substansi makna kandungannya?

Teks Hadits

حب الوطن من لايمان

Hubbul watoni minal iymani (Cinta Tanah Air Termasuk Iman)

Derajat Hadits dan komentar Para Ulama

Tidak ada aslnya. Berikut ucapan para pakar hadits:
As-Shoghoni Rahimahullah berkata: “Termasuk hadits-hadits yang palsu.” [Al-Maudhu’at hlm. 2.]
As-Suyuthi Rahimahullah berkata: “Saya tidak mendapatinya.” [Ad-Durorul Muntatsiroh fil Ahadits al-Musytahiroh hlm. 110]
As-Sakhowi Rahimahullah berkata: “Saya tidak mendapatinya.” [al-Maqosidul Hasanah hlm. 100]
Al-Ghozzi Rahimahullah berkata: “Ini bukan Hadits.” [al-Jiddu al-Hatsits hlm. 32]
Az-Zarkhasyi Rahimahullah berkata: ”Saya belum mendapatinya.” [al-Ashror al-Marfu’ah, Mula al-Qori hlm. 190]
Sayyid Mu’inuddin ash-Shofwi Rahimahullah berkata: “Ini Bukan Hadits.” [al-Ashror al-Marfu’ah, Mula al-Qori hlm. 190].
Mula al Qori berkata: “Tidak ada asalnya menurut para pakar ahli hadits.” [Al-Mashnu’ hlm . 91].
Al-Albani Rahimahullah berkata: “Maudhu’ (palsu).” [Silsilah Ahadits adh-Dhoifah; 36]
Lajnah Daimah yang diketuai oleh Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Baz Rahimahullah mengatakan: “Ucapan ini bukan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, ia hanyalah ucapan yang beredar dilisan manusia lalu dianggap sebagai hadits.”[Fatwa Lajnah Daimah 4/466].

Matan Hadits (kandungan hadits)


Syaikh al-Albani Rahimahullah berkata “…Dan maknanya tidak benar. Sebab cinta negeri sama halnya dengan cinta jiwa dan harta, seseorang tidak terpuji dengan sebab mencintainya lantaran itu sudah tabiat seluruh manusia. Bukankah anda melihat bahwa seluruh manusia berperan serta dalam kecintaan ini, baik kafir maupun mukmin?” [Silsilah Ahadits adh-Dhoifah; 36]
Alloh Azza wa Jalla berfirman:

“Dan sesungguhnya kalau kami perintahkan kepada mereka: “Bunuhlah dirimu atau keluarlah dari kampungmu,” niscaya ,mereka tidak akan melakukannya, kecuali sebagian kecil dari mereka. (QS. An-Nisa’ [4]: 66)

Ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang kafir juga mencintai tanah air mereka. Musuh-musuh Islam telah menjadikan hadits ini untuk menghilangkan syiar agama dalam masyarakat dan menggantinya dengan dengan syi’ar kebangsaan, padahal aqidah seorang muslim lebih berharga baginya dari segala apapun.” [Ta’liq Muhammad ash-Shobbagh atas Al-Fawaid al-Maudhu’ah oleh al-Karmi hlm. 103]

Berlebih-lebihan terhadap tanah air bisa sampai pada derajat memberhalakannya. Dan terkadang setan menggambarkannya kepada sebagian mereka bahwa tanah air lebih baik dari surga ‘Adn, sebagaimana seorang di antara mereka mengatakan:
“Anggaplah bahwa surga yang kekal adalah Yaman, Tidak ada sesuatupun yang melebihi tanah air”

Seorang lainnya mengatakan:
“Tanah airku, seandainya aku disibukkan oleh surga darinya. Niscaya jiwaku akan menggugatku di surga menuju tanah airku.” [Silsilah Ahadits Laa Ashla Lahu Salim al-Hilali hlm. 91-92]

Sebab Menyebarnya Hadits
Al-Hafidz asy-Syaukani Rahimahullah berkata sebab menyebarnya hadits palsu seperti ini: “Para ahli sejarah telah meremehkan dalam mengutarakan hadits-hadits bathil seputar keutamaan negeri, lebih-lebih negeri mereka sendiri, mereka sangat meremehkan sekali. Sampai-sampai menyebutkan hadits palsu dan tidak memperingatkannya, sebagaimana dilakukan oleh Ibnu Dabi’ dalam tarikhnya yang berjudul “Qurrotul Uyun bi Akhbaril Yaman al-Maimun” dan kitab lainnya yang berjudul “Bughyatul Mustafid bi Akhbar Madinah Zabid” padahal beliau termasuk ahli hadits.

Maka hendaknya kita waspada dari keyakinan ini atau meriwayatknnya (hadits palsu tersebut), karena kedustaan dalam masalah ini sudah menyebar dan melampaui batas. Semua itu sebabnya adalah fithrah manusia untuk cinta tanah air dan kampung halamannya.” [Al-Fawaid al-Majmu’ah hlm. 436-437]

Apakah Cinta Negeri Terlarang?

Al-Ustadz A. Hasan –Semoga Alloh Azza wa Jalla merohmatinya- berkata: “Tidak ada undang-undang manusia yang tidak terdapat dihukum-hukum agama, larangan atas seorang mencintai bangsa dan tanah airnya malah tidak dilarang, dia cinta terhadap kerbau dan sapinya, kambing dan anjingnya, kelinci dan kucingnya, ayam dan bebeknya.”

Sekali lagi, agama tidak menghalangi seseorang mencintai segala sesuatu termasuk tanah dan pasir di negerinya. Namun janganlah dibawa-bawa agama dalam urusan yang agama tidak menjadikannya urusan. Jangan membawa-bawa kalimat hubbul watani minal iyman (cinta tanah air termasuk iman) sebagai hadits (perkataan) Nabi Shallalu ‘alihi wa Sallam, padahal bukan.

Kalau orang yang cinta tanah air membawakan hadits palsu itu, maka orang yang cinta kucing akan membawakan hadits palsu lain: Hubbul hirroti minal iymani (Cinta Kucing itu sebagian dari iman). [Islam dan Kebangsaan, hadits “Cinta kucing sebagian dari iman” adalah ahdits yang juga palsu]

Bukan Sekedar Kebngsaan

Syaikh Muhammad al-Utsaimin Rahimahullah berkata: “Kita apabila perang hanya untuk membela Negara tidak ada bendanya dengan orang kafir yang juga perang untuk membela Negara mereka. Seorang yang perang hanya untuk membela negeri saja maka dia bukanlah syahid, namun kewajjiban kita sebagai muslim dan tinggal dinegeri islam adalah untuk perang karena islam yang ada dinegeri kita. Perhatikan baik-baik perbedaan ini, kita berperang karena islam yang ada dinegeri kita, adapun sekedar Karena negeri saja maka ini adalah niat bathil yang tidak berfaedah bagi seseorang.
Adapun ungkapan yang dianggap hadits “Cinta negeri Termasuk keimanan” maka ini adalah dusta.

Cinta Negara, apabila Negara tersebut adalah Negara islam maka kita mencintainya karena islamnya, tidak ada bendanya apakah Negara kelahiran kita atau Negara islam yang jauh, maka wajib kita unuk membelanya karena Negara islam. Kesimpulannya, seharusnya kita mengetahui bahwa niat yang benar tatkala perang adalah untuk membela islam di Negara kita atau membela Negara kita karena Negara Islam, bukan hanya karena sekaedar Negara saja.” [Syarah Riyadhus Sholihin 1/66-67]

Al-Ustadz A. Hassan mengatakan: “Dalam mencintai tanah air secara kebangsaan itu ada beberapa kesalahannya yang besar bagi orang yang beragama islam; Pertama; yang sebesar-besarnya, ialah menjalankan hokum-hukum yang bukan dari Alloh Azza wa Jalla dan Rosul-Nya Shallalahu ‘alaihi wa Sallam. Kedua: dengan terpaksa, karena pembawaan kebangsaan, memandang muslim dinegeri yang bukan sebangsa dan setanah air dengannya sebagai orang asing, padahal sebenarnya ia harus memandang seperti saudara. Ketiga: Memutuskan hubungan dengan negeri islam yang lain dengan alasan mereka bukan sebangsa dan setanah air, walaupun Alloh Azza wa Jalla dan Rosul Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah megnatakan kita sesame muslim bersaudara dan harus bersatu. [Islam dan Kebangsaan hlm. 191]

Dari Sini kita dapat mengetahui kesalahan ucapan sebagian tokoh yang mengatakan: “Kita tidak memerangi Yahudi karena masalah aqidah!! Kita memerangi mereka karena tanah!!! Kita tidak memerangi mereka karena kafir!! Tetapi karena mereka merampas tanah kita tanpa alasan yang benar.!!" [Koran ar-Royah, Qothor, edisi 4696, Rabu 24 Sya’ban 1415 H, sebagaimana dalam Madarik Nadhor Abdul Malik al-Jazairi hlm. 248-249]

Disalin dari Majalah Al-Furqon Edisi 01 th. Ke-8 1429/2008. Ditulis oleh Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi

@wahyuibnuatman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar