Jumat, 09 Agustus 2013

Ranking 6 Kualitas SDM Indonesia di ASEAN, Siapkah Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015? (Jilid 2)

Kondisi Kesiapan SDM indonesia dalam menghadapi MEA

Ada beberapa data yang tersedia yang dapat dijadikan alat untuk menganalisa posisi kualitas sumber daya manusia Indonesia dibandingkan dengan negara ASEAN yang lainnya.

Human Development Index (HDI) Indonesia

Indonesia masih menempati peringkat 121 dari 187 negara yang di komparasikan oleh lembaga dibawah PBB UNDP (United Nations Development Programme). Dari tiga dimensi yang diukur oleh UNDP kualitas bobot dimensi pembangunan manusia yang tertinggi adalah kesehatan (0,785) dikuti oleh pendidikan (0,577) dan ekonomi (0,550) dengan total HDI adalah 0,629. Grafiknya penulis sajikan sebagaimana berikut:



(Gambar 1: Grafik HDI Indonesia 2012)



Angka ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun walaupun masih berada dibawah rata-rata negara-negara Asia Timur dan Pasifik (0,683). Trend keniakan HDI Indonesia dapat dilihat pada grafik dibawah ini.



(Gambar 2: Grafik Tren HDI Indonesia tahun 1980 – 2012)

Di tingkat ASEAN sendiri Indonesia masih bertengger di posisi ke-6 (enam). Indonesia berada di bawah Singapore (18), Brunei Darussalam (30), Malaysia (64), Thailand (103), dan Philipines (114). Sedangkan di bawah Indonesia terdapat Vietnam (127) dan Myanmar (149) di tempat terakhir.

Yang menarik adalah data menunjukan bahwa dalam dimensi pendidikan, rata-rata lama sekolah Indonesia hanya 5,8 tahun. Jauh berada di bawah negara ASEAN lain seperti Singapure (10,1 tahun), Malaysia (9,5 tahun), Philipines (8,9 tahun), Brunei Darussalam (8,6 tahun), dan Thailand (6,6 tahun). Belum lagi ketika kita masuk keranah kualitas dari pendidikan yang diberikan tersebut. Mencakup kurikulum, tenaga pendidik, infrastruktur pendidikan, dan lain-lain.

Productivity Indonesia

Produktifitas masih juga menjadi kendala bagi tenaga kerja di Indonesia. Pekerja Indonesia dibandingkan dengan produktivitas pekerja Amerika Serikat hanya mencapai 36 %. Artinya, jam kerja yang dihabiskan pekerja Indonesia hanya 36% di atas pekerja Amerika. Sementara pekerja Kamboja mencapai 46%, Malaysia mencapai 43%, Thailand 37% dan Singapura 36%. Pekerja Indonesia hanya lebih produktif dibandingkan Filipian 30% dan Vietnam 13% .

Asian Productivity Organization (APO) mencatat, dari setiap 1.000 tenaga kerja Indonesia pada tahun 2012, hanya ada sekitar 4,3% tenaga kerja yang terampil. Jumlah itu kalah jauh dibandingkan dengan Filipina yang mencapai 8,3%, Malaysia 32,6%, dan Singapura 34,7% .

Dalam indeks daya saing global yang menunjukan produktivitas dari mulai sumberdaya alam hingga sumber daya manusia pun indonesia masih jauh tertinggal dari negara-negara ASEAN lainnya. Indonesia berada di urutan ke-5 di ASEAN (50 dunia) pada laporan Global Competitivenes Index 2011-2012 yang dikeluarkan oleh World Economic Forum. Berikut merupakan tabel urutannya.



(Tabel 2: Peringkat Global Competitiveness Index Beberapa Negara)

Standardisasi SDM ASEAN Standardisasi SDM ASEAN lebih mengarah pada pembuatan Mutual Recognition Agrrangements (MRAs) dan Framework MRAs baik bilateral maupun mullateral negara-negara ASEAN untuk kegiatan-kegiatan jasa yang bebas keluar masuk negara ASEAN.

Sampai saat ini MRAs (Framework) yang telah disepakati adalah:

1. MRA on Engineering Services,

2. MRA on Nursing Services,

3. MRA on Architectural Services,

4. Framework Arrangement for the Mutual Recognition of Surveying,

5. MRA on Dental Practitioners,

6. Framework on Accountancy Services,

7. Sectoral MRA for Good Manufacturing Practices (GMP) Inspection of manufactureres of Medicinal Products.

8. MRA on Tourism Professionals.

Siapkah Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN?

Pertanyaan klasik yang selalu dipertanyakan dengan nada pesimis terkait Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah “Apakah Kita Telah Siap?” Jawabannya “Harus Siap”.

ASEAN sendiri telah merilis data kesiapan negara-negara anggota dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 kelak. Hasilnya kesiapan Indonesia sejauh ini telah mencapai 81,3 persen. Entah memuaskan atau tidak namun itu masih dibawah negara-negara lain seperti Thailand (84,6), Malaysia (84,3 persen), Laos (84,3 persen), Singapura (84 persen), dan Kamboja (82 persen).

HDI Indonesia masih di bawah rata-rata, produktifitas pekerja masih tertinggal dari beberapa negara tetangga, kualitas sumber daya manusia secara komulatif-komparatif mungkin masih kurang baik. Namun pertandingan besar telah terjadwal dan harus tetap dijalankan. Tantangannya adalah bagaimana caranya dengan waktu yang ada kita dapat optimal menyongsong MEA.

Menyalahkan pemerintah saja atas ketidak-cekatannya mempersiapkan MEA secara komprehensif mungkin dapat dimaklumi namun bukanlah sikap golongan orang-orang kesatria yang terus berjuang bersama pemerintah untuk mempersiapkan diri. Indonesia merupakan 40 persen pasar ASEAN. Porsi kue yang sangat besar yang tidak mungkin para penikmat kue untuk tidak menjulurkan tanganya, berebut untuk mendapatakan bagian. Bonus demografi yang akan kita dapatkan menjadi sebuah momentum untuk dapat meningkatkan kesejahteraan disatu sisi, namun juga menjadi ancaman bilamana banyaknya working age population yang kita miliki harus menjadi babu di negeri sendiri, jangankan ingin ‘menjajah’ dinegeri orang lain.

Demikianlah, semua memimiliki dua sisi begitu pula implementasi Masyarakat Ekononi ASEAN pada 2015 kelak. Ketika kita bisa menggunakannya maka manfaatlah kendaraan mewah ini. Namun bila tidak, bencana besar bagi masyarakat Indonesia sendiri. Mari bergerak. Lead ASEAN.!

-Selesai-


Artikel Sebelumnya: Ranking 6 Kualitas SDM Indonesia di ASEAN, Siapkah Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015? (Jilid 1)


*Tulisan ini penulis paparkan dalama acara Talk Show dengan Judul yang sama dengan tulisan diatas. Diselenggarakan oleh Fossei Jabodetabek dan FSI FEUI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar